Natuna, Mandalapos — Konflik internal di tubuh pemerintahan Kabupaten Natuna yang dipimpin Bupati Cen Sui Lan dan Wakil Bupati Jarmin Sidik kian mencuat ke permukaan.
Friksi terbaru muncul setelah terbongkarnya pembentukan Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D) yang diduga dilakukan secara diam-diam oleh Bupati tanpa koordinasi dengan wakilnya.
Sekretaris DPC Partai Gerindra Natuna, Marzuki, menyayangkan langkah tersebut dan menyebut pembentukan TP2D tanpa sepengetahuan Jarmin sebagai tindakan tidak etis. Ia menilai, sebagai pasangan kepala daerah, seharusnya keputusan strategis semacam itu dibicarakan bersama.
“Yang disayangkan, Pak Jarmin sebagai wakil bupati sama sekali tidak tahu-menahu soal pembentukan tim TP2D ini. Ini bukan sekadar persoalan politik, tapi persoalan etika pemerintahan,” ujar Marzuki dalam wawancara dengan media, Sabtu (24/5/2025).
Namun kritik Marzuki tersebut justru memicu reaksi dari Raja Mustakim, suami Bupati Cen Sui Lan. Dalam grup WhatsApp Sahabat Cen Sui Lan – Jarmin, Raja Mustakim menyindir Marzuki dengan kalimat bernada keras, “Marzuki ini tak tahu diri dan tak tahu ukuran bajunya sendiri.”
Pernyataan itu memancing respon balik dari Marzuki. Ia mempertanyakan kapasitas Raja Mustakim dalam urusan pemerintahan daerah, mengingat yang dikritik adalah kebijakan publik, bukan urusan pribadi.
Pernyataan ini sontak membuat Marzuki geram dan langsung menghubungi Raja Mustakim untuk meminta klarifikasi.
Kepada media ini, Sabtu (24/05/2025), Marzuki membenarkan adanya percakapan tersebut.
“Raja Mustakim suruh saya ukur baju. Makanya saya tanya, baju mana yang mau saya ukur? Lalu dia bilang, ‘nggak usah bicara di luar, kalau ada masalah, langsung ke saya atau ibu (Bupati)’,” ujar Marzuki.
Marzuki menegaskan, dirinya hanya menjawab pertanyaan wartawan seputar polemik pembentukan TPPD, yang tidak melibatkan Wakil Bupati. Ia menyayangkan jika kritik tersebut justru dianggap sebagai serangan pribadi.
“Saya bilang, yang buat masalahnya siapa, kan bapak dan ibu. Tunjuk TPPD tapi Wakil Bupati ga tau. Dan saya ga masalah, tapi Wakil Bupati dari Gerindra, maka saya komentari,” sebut Marzuki menceritakan pembicaraannya dengan Raja Mustakim di telpon.
Marzuki menegaskan, jika Bupati Natuna membuat kebijakan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Wakil Bupati atau Partai Gerindra, maka dirinya tetap akan berkomentar.
“Saya bilang selagi bapak membuat kebijakan diam-diam tanpa diketahui kami, saya akan tetap komentari. kalau bapak tak senang tunggu saya datang ke Ranai, saya bilang gitu dia diam aja,” tambahnya.
Lebih jauh, Marzuki menyebut dirinya telah melaporkan insiden tersebut ke DPD Gerindra Kepri dan menyebut pernyataan Raja Mustakim sebagai bentuk penghinaan terhadap dirinya sebagai sekretaris partai.
“Saya kecewa. Saya sudah laporkan ke Pak Endipat (Ketua DPD Gerindra Kepri) ini penghinaan,” pungkasnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Bupati Cen Sui Lan maupun Raja Mustakim belum mau berkomentar terkait polemik ini, meski awak media telah berupaya mengkonfirmasi keduanya.*
*Red