Mandalapos.co.id, Buton Tengah – Festival Kande-Kandea Tolandona 2025 sukses digelar dan berlangsung meriah dan penuh makna budaya berlangsung di Lapangan Lamedadi, Kelurahan Tolandona, Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) pada Sabtu (12/4/2025). Acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat ini dihadiri oleh ribuan pengunjung khusus masyarakat Buton Tengah dan dari berbagai daerah tentanga (Baubau-Muna) yang antusias menyaksikan rangkaian acara yang mempertontonkan kekayaan budaya dan tradisi daerah.
Festival Kande-Kandea tahun ini dibuka secara resmi oleh Bupati Buton Tengah, Dr. H. Azhari, S.STP, M.Si serta dihadiri Wakil Bupati Buton Tengah, Muh Adam Basan, S.Sos.
Festival ini turut dihadiri oleh Sultan Buton ke-41 Ir. LM. Sjamsul Qamar, MT, IPU bersama perangkat adat Kesultanan Buton, Ketua Majelis Adat Kerajaan Nusantara Kabupaten Muna, Laode Riago, SH, Anggota DPD RI Laode Umar Bonte, Ketua DPRD Buteng, Sa’al Musrimin Haadi bersama anggota, Forkopimda, Kapolres Buteng, Dandim 1413 Buton, mantan Bupati Buton H. Samahuddin, SE, para Mantan Pj Bupati Buteng, Laode Ali Akbar dan Muh Yusup, serta Asisten, Staf Ahli, para Kepala OPD lingkup Buteng, Rektor USN Kolaka, tokoh adat, tokoh masyarakat, para camat, kepala desa/lurah.
Festival Kande-Kandea merupakan tradisi adat turun-temurun masyarakat Tolandona yang terus dilestarikan hingga kini. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan tampilan mangaru dan tarian kolosal serta penyajian makanan tradisional yang ditata dalam talang yang disediakan. Dan menurut laporan ketua panitia kegiatan tahun ini tersedia sebanyak 350 talang yang disiapkan oleh masing-masing OPD lingkup Buteng dan masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Bupati Buton Tengah, Dr. H. Azhari menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan Festival Kande-Kandea Tolandona 2025 yang terus dijaga eksistensinya sebagai warisan leluhur.
“Sebagai Bupati Buton Tengah 2025-2030, saya mohon maaf belum dapat terlibat langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini karena baru sepekan menjabat. Namun, insya Allah tahun depan kita selenggarakan lebih baik lagi,” ucap Bupati kepada masyarakat yang hadir.
Eks Rektor USN Kolaka ini menyampaikan warisan budaya harus kita jaga dan lestarikan untuk generasi mendatang. Sebab penting memuliakan adat dan budaya sebagai jati diri masyarakat Buton Tengah.
“Kalau bukan kita yang menghargai adat, siapa lagi? mari kita tempatkan tokoh dan perangkat adat pada porsi yang tepat, khususnya dalam acara-acara adat seperti ini,” cetus Bupati.
Bupati Azhari berkomitmen bahwa potensi sejarah dan budaya yang dimiliki Buton Tengah, termasuk keberadaan benteng-benteng tua yang menjadi bukti kejayaan masa lalu, ia akan menargetkan untuk mendata dan menghidupkan kembali keberadaan benteng-benteng tersebut sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya.
“Orang yang tidak tahu sejarahnya, adalah orang yang hilang. Kita punya identitas, punya sejarah, dan itu harus kita jaga agar tetap dikenang anak cucu kita. Pelestarian nilai-nilai budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas daerah,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Bupati definitif kedua Buton Tengah ini menyampaikan beberapa rencana pembangunan dan program prioritas daerah yang menjadi program yang ia jalankan.
“Yakni pembangunan rumah susun santri di Wadiabero, pengoperasian pelabuhan kontainer di Wamengkoli, kedatangan Ustaz Abdul Somad pada awal Mei, serta peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Tipe B oleh Menteri Kesehatan.
Selain itu, Azhari menambahkan perencanaan pendirian Bank Desa dari dana eks PNPM serta pengembangan sektor pendidikan melalui kerjasama dengan Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka dan Muhammadiyah untuk mendirikan perguruan tinggi negeri berbasis sains dan teknologi kelautan di Buton Tengah.
“Insya Allah tahun ini kita mulai pendaftaran di Kampus USN Buteng untuk beberapa jurusan. Pemda akan menyiapkan beasiswa bagi putra-putri daerah yang mendaftar,” ungkap Azhari.
Pak Doktor – sapaan akrab Dr. Azhari – menyampaikan harapannya agar pesta adat seperti Kande-kandea terus dijaga dan dilaksanakan secara konsisten sesuai nilai-nilai budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Menurutnya, pelestarian budaya adalah bagian dari pembangunan peradaban masa depan.
Sebagaimana diketahui, Festival Kande-Kandea secara harfiah berarti “makan-makan,” namun memiliki makna filosofis yang jauh lebih dalam. Tradisi digelar tiap tahun setelah perayaannya Idul Fitri ini mencerminkan rasa syukur masyarakat atas berkah dan rezeki yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain menjadi ajang kebersamaan, Kande-kandea juga sarat dengan ritual adat, pertunjukan budaya, dan simbol harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. *(ADV)
Laporan : Ahmad Subarjo