Sleman, Mandalapos.co.id – Seorang ibu rumah tangga asal Desa Hargobinangun, Sleman, bernama Siti Fatimah berhasil mengubah potensi sederhana menjadi usaha kuliner berbasis komoditas lokal yang kini dikenal dengan nama Pawon Teges. Dari skala rumahan, usaha ini tidak hanya menopang ekonomi keluarganya, tetapi juga menginspirasi banyak pelaku UMKM di tengah tantangan pandemi.
Awal mula perjalanan Siti dimulai pada 2018 saat mengikuti lomba olahan lokal yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Sleman. Dari situ, ia mulai tertarik mengeksplorasi potensi daun kelor—tanaman yang selama ini kurang dimanfaatkan warga sekitar. Setelah proses trial and error selama delapan bulan, ia berhasil menciptakan produk minuman cincau berbasis kelor yang langsung mendapat respons positif dari pasar.
Namun, ketika usahanya mulai berkembang, pandemi Covid-19 datang menghantam. Dengan lebih dari 1.000 batang kelor yang sudah ditanam dan satu tenant food court yang telah disewa, Siti harus menghadapi kenyataan pahit saat semua aktivitas bisnis mendadak terhenti. Di tengah keterbatasan, ia justru menemukan inovasi baru.
“Saya pun mencari siasat, di mana daun kelor yang makin banyak itu saya keringkan, lalu saya bikin tepung dan teh kelor yang punya daya tahan lama, diikuti dengan produk bakso kelor dan tahu bakso kelor,” ungkap Siti, dikutip dari Antara, Kamis (22/5/2025).
Langkah adaptif ini berbuah manis. Produk Pawon Teges kini telah menembus pasar luar daerah seperti Jakarta, Tangerang, Malang, Bondowoso, Sulawesi, hingga Papua. Bahkan, produk teh dan tepung kelor menjadi andalan konsumen penderita hipertensi dan kolesterol karena kandungan gizinya.
Di balik keberhasilan ini, Siti menyebut peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI sangat penting. Akses pembiayaan yang mudah dan fleksibel menjadi penopang utama kelangsungan usahanya, terutama di masa-masa sulit pandemi.
“Awalnya pinjaman KUR dari Rp10 juta, lalu naik menjadi Rp25 juta hingga akhirnya mencapai total Rp250 juta. Dana itu sangat membantu untuk pengembangan produk dan operasional,” jelasnya.
Tak hanya dari sisi pembiayaan, kolaborasi dengan BRI juga membuka ruang promosi. Produk teh kelor Pawon Teges bahkan pernah menjadi bagian dari souvenir resmi dalam acara kunjungan pemerintah, berkat kerja sama dengan BRI dalam event bazaar UMKM.
“Selain menyediakan modal, BRI juga aktif mengadakan pelatihan dan event bazaar sebagai wadah bagi kami usaha mikro untuk berkembang dan dikenal lebih luas,” tambah Siti.
Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyatakan bahwa kisah Siti merupakan cerminan dari semangat pengusaha mikro yang mampu bertahan dan tumbuh melalui pemberdayaan yang tepat sasaran.
“Melalui program KUR, BRI berharap bisa terus memperkuat ekosistem UMKM dengan akses pembiayaan yang mudah dan dukungan pengembangan kapasitas, sehingga produk-produk lokal bisa naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas,” tutup Hendy.*
*Red