Natuna, Mandalapos.co.id – Suasana hangat terasa di Markas Komando Lanal Ranai, Natuna, Jumat (31/10). Di bawah rindangnya pepohonan, aroma kopi yang baru diseduh berpadu dengan obrolan ringan para jurnalis. Tak ada meja rapat, tak ada protokol kaku.
Dalam suasana penuh keakraban itu, Komandan Lanal Ranai, Kolonel Laut (P) Ady Dharmawan, menjamu para jurnalis yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Persatuan Jurnalis Natuna (PJN), dan Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWOI).
“Biar cair saja, tidak usah terlalu formal,” ujar Kolonel Ady sambil tersenyum, mempersilakan awak media menikmati kopi di bawah pohon rindang halaman Mako Lanal.
Sembari menikmati suasana pagi itu, Danlanal Ranai berbagi kisah perjalanan hidupnya. Ia adalah lulusan Akademi Angkatan Laut angkatan ke-45, setara dengan Akabri 1999. Lahir di Pemangkat, Kalimantan Barat, Ady mengaku tak terlalu sulit beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Natuna yang juga kental dengan budaya Melayu.
“Darah saya juga Melayu,” tuturnya.
Ady lalu mengenang masa remajanya di Sambas, tempat di mana cita-cita besarnya mulai tumbuh. Sejak duduk di bangku SMP, ia sudah punya tekad untuk keluar dari zona nyaman.
“Kalau saya terus tinggal di Sambas, mungkin tidak banyak perubahan. Nasib saya yang menentukan ya saya sendiri,” kenangnya.
Ia pun meminta izin kepada orang tuanya untuk pindah ke Singkawang dan tinggal bersama tantenya demi mendapatkan peluang lebih besar.
Dari situ, langkahnya membawanya lolos seleksi ketat SMA Taruna Nusantara Magelang, sekolah semi-militer bergengsi yang menjadi pintu awal menuju karier militernya.
“Rata-rata teman saya memilih masuk Angkatan Darat, tapi saya tertarik ke laut. Salah satu alasannya, ya karena ingin jalan-jalan. Motto-nya kan ‘Join the Navy to see the world’, bergabunglah dengan Angkatan Laut untuk melihat dunia,” ujarnya sambil tertawa lepas.
Usai berbagi kisah hidupnya, Kolonel Ady mengungkapkan maksud dari acara kopi pagi tersebut. Ia berharap ada ruang berbagi pengetahuan antara jajaran Lanal dengan insan pers Natuna.
“Kami ini banyak belajar soal kemaritiman, tapi kalau tentang jurnalistik, tentu masih kurang paham. Jadi, saya ingin kita saling berbagi wawasan,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga menitip pesan agar para jurnalis ikut menjaga suasana kondusif di wilayah perbatasan.
“Sekarang ini tulisan di media sosial, jari lebih tajam dari pedang. Wartawanlah yang bisa menenangkan, menjaga agar suasana tetap adem,” pesannya.
Bagi Kolonel Ady, peran wartawan di daerah perbatasan sangat penting. Selain menjadi penjaga informasi yang akurat, jurnalis juga bisa menjadi corong masyarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada pemerintah dan lembaga terkait.
“Kalau masyarakat ada keluhan atau harapan, seringkali disampaikan lewat berita. Di situlah peran teman-teman media menjadi sangat berarti,” tutupnya.*
*ALFIAN



 
  
  
 