Natuna, mandalapos.co.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto kini mulai digulirkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Natuna. Meski di atas kertas bertujuan mulia, program ini nyatanya menyisakan persoalan baru bagi para pedagang kecil di lingkungan sekolah.
Sejumlah pedagang kantin di SDN 007 Ranai Darat, SDN 012 Ranai, hingga SMPN 1 Bunguran Timur mengaku omset mereka anjlok sejak program ini mulai berjalan.
Sri Endang Kusumawati, pedagang di kantin SDN 007 Ranai Darat, mengatakan bahwa sejak para siswa mulai mendapat makanan MBG, dagangannya mulai sepi pembeli. Hal ini turut dirasakan oleh 6 pedagang lainnya di kantin sekolah tersebut.
Menurut Sri, para murid di SDN 007 mulai mendapatkan makanan MBG pada pukul 09.00, waktu tersebut hanya berselang sekitar 30 menit sebelum jam istirahat belajar. Imbasnya, para murid yang sudah mengkonsumsi MBG pun akhirnya lebih irit jajan, karena perut mereka sudah kenyang.
“ Jam 9 sudah makan jadi agak kurang mereka jajannya, biasanya pagi pagi yang buat nasi lemak sama nasi goreng jam 8 sudah habis. Kemarin jualan sosis cuma 20 tusuk padahal, tapi ga abis. Ini pedagang udah pada negeluh, jadi kami mau ngadu ke siapa?” keluh Sri kepada mandalapos, Selasa (29/7).

Mewakili rekan-rekannya, Sri yang sudah berjualan di SDN 007 sejak tahun 2017 itupun berharap, agar makanan MBG disalurkan kepada para murid di atas jam 10.00 pagi.
“Pulang sekolah kan jam 12.30. Harapannya agak siang datangnya jam 10.00 an lah, jadi mereka makan MBG kan bisa pas istirahat kedua,” harapnya.
Keluhan ini bukan tanpa dasar, pasalnya Sri dan para pedagang lainnya musti membayar jasa kantin sebesar Rp 10 ribu perhari kepada sekolah. Selain itu, di tengah kondisi ekonomi yang kian mencekik, hasil berdagang di kantin sekolah mampu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.
Hal serupa juga dirasakan Waryati, pedagang nasi di SMPN 1 Bunguran Timur. Di tengah usianya yang mulai senja, Waryati masih memiliki semangat berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Namun kini, ia dan 8 pedagang lainnya di kantin SMPN 1 Bunguran Timur merasa was-was dengan keadaan omset yang kian tergerus. Apalagi, mereka juga harus membayar uang sewa kantin ke sekolah sebesar Rp300 ribu perbulannya, ditambah Rp50 ribu jika menggunakan listrik.
Waryati dan rekan-rekan pedagang pun berharap, pihak sekolah dapat memberikan diskon tarif sewa kantin tersebut, mengingat saat ini omset mereka sedang turun.
Catatan Redaksi: Program Makan Bergizi Gratis merupakan upaya negara menjamin gizi anak bangsa sejak dini. Namun, implementasi di lapangan perlu mempertimbangkan ekosistem sosial ekonomi di sekitarnya, agar niat baik tidak berbuah dampak buruk bagi pihak lain, khususnya pelaku UMKM sekolah yang selama ini menopang kebutuhan hidup dari usaha kantin. **Laporan: ALFIAN