Anambas, mandalapos.co.id – Di tengah gemuruh ombak dan semilir angin laut Kepulauan Anambas, sebuah toko kecil bernama Haruman Optical terletak di sudut kota Tarempa tepatnya di Jembatan Pasar menjadi harapan baru bagi warga yang mengalami gangguan penglihatan.
Usaha kacamata satu-satunya di ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas ini bukan hanya hadir sebagai pilihan baru, tetapi juga sebagai penyelamat bagi warga yang selama ini kesulitan mendapatkan layanan optik.
Adalah Indra Ahmad, pria lanjut usia (lansia) asal Garut, Jawa Barat, yang berani merintis usaha optik pertama dan satu-satunya di Tarempa sejak tahun 2000.
Ia melihat langsung bagaimana masyarakat, terutama yang sudah lanjut usia, kesulitan membaca karena rabun dekat.
Anak-anak sekolah pun tak sedikit yang terganggu proses belajarnya karena gangguan penglihatan.
Sebelumnya, warga harus menempuh perjalanan jauh ke Batam atau Tanjungpinang hanya untuk membeli kacamata atau memeriksakan mata.
“Awalnya saya hanya membantu teman-teman membawa kacamata dari luar daerah. Lama kelamaan saya berpikir, kenapa tidak buka sendiri saja di Tarempa?” ujar Hasan saat ditemui di tokonya yang sederhana namun tertata rapi, Selasa, (8/7).
Berbekal pelatihan singkat selama 3 bulan di Garut, Indra mulai menyediakan layanan pemeriksaan mata sederhana, serta menjual kacamata baca, kacamata minus, dan kacamata fashion.
Meski masih terbatas, antusiasme masyarakat sangat tinggi. Banyak warga datang tidak hanya untuk membeli kacamata, tetapi juga berkonsultasi tentang kesehatan mata mereka.
“Disini kan tidak ada dokter mata, jadi warga yang rabun pada konsultasi dengan saya. Kalau sekedar rabun, insya allah bisa diatasi. Tapi kalau ada gangguan syaraf mata, tidak bisa karena harus dokter yang tangani,” urai Indra.
Indra mengaku, tantangan terbesar dalam merintis usaha ini adalah keterbatasan alat dan stok lensa yang harus dipesan terlebih dahulu dari luar.
“Semua barang baik lensa hingga kerangka kacamata saya pesan dari luar, ambil dari Garut. Harga lebih murah dibandingkan Jakarta,” kata Indra.
Indra mengaku miris, sejak zaman digitalisasi hadir, banyak anak-anak usia muda yang penglihatan sudah mulai rusak akibat radiasi smartphone. Bahkan, ada anak yang minus 10 di usia 9 tahun.
“Anak-anak banyak, baik SD sampai SMA. Rabunnya rata-rata ya minus 1 ada, 5 ada dan yang parah minus 10. Karena sekarang mereka banyak bermain handphone kan,” ucapnya.
Dalam menjual kacamatanya, Indra tidak membanderol harga yang terlalu mahal. Hanya Rp 600 ribu, warga bisa mendapatkan paket komplit yakni kerangka kacamata dan lensa potocromic.
“Buka bisnis ini ya sambil ibadah, membantu masyarakat. Harga kita tidak jual mahal-mahal. Cukup Rp 600 ribu sudah dapat paket komplit,” tutur Indra.
Masyarakat menyambut kehadiran toko kacamata ini dengan gembira. Nurhayati, warga Tarempa yang telah berusia 62 tahun, merasa sangat terbantu.
“Dulu saya harus tunggu anak pulang dari Batam untuk titip belikan kacamata. Sekarang alhamdulillah, di sini sudah ada,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Kehadiran usaha optik di Tarempa bukan sekadar bisnis, tapi juga bentuk kepedulian sosial. Indra berharap, ke depan usahanya bisa berkembang menjadi pusat layanan mata lengkap, bahkan membuka peluang kerja bagi pemuda lokal.
“Saya percaya, usaha ini bukan cuma cari untung. Ini soal membantu orang melihat dunia lebih jelas,” pungkas Hasan.
Dengan semangat dan kepedulian, satu langkah kecil dari sudut Tarempa kini menjadi terang bagi ribuan pasang mata. *
*YAHYA