
Natuna, Mandalapos.co.id — Abi berlari kencang, menghindari kejaran teman sebayanya yang menjadi “hantu”, setelah kalah dari pertaruhan hom pim pa. Tawa bocah kelas satu SD itu pecah, melengking riang di antara lampu-lampu taman bermain di Tugu Migas Pantai Piwang, Ranai, Kabupaten Natuna, Sabtu malam, 18 Oktober 2025.
Taman yang kini ramai pengunjung itu, dulu hanyalah lahan datar di tepi laut. Gersang di siang hari, sepi di malam hari. Sejak kawasan tersebut disulap menjadi ruang publik oleh Program Pengembangan Masyarakat (PPM) SKK Migas bersama Medco E&P Natuna Ltd. dan Premier Oil Natuna Sea B.V., Kawasan Pantai Piwang menjelma menjadi pusat interaksi sosial dan ekonomi baru.
“Sejak dibuka suasana Kota Ranai jadi lebih hidup. Pedagang bisa jualan di sekitar pantai ini,” kata Zaki, pedagang sosis bakar di sekitar Pantai Piwang.
Zaki pun mengaku tak pernah khawatir meski di sebelahnya berdiri lapak dagangan lain. Rezeki, katanya, datang bersama keramaian.
Kegembiraan di taman itu hanyalah satu serpihan dari efek berganda industri hulu migas di Natuna. Di wilayah yang dikenal sebagai “penjaga utara” Indonesia ini, geliat pembangunan terus bertumbuh berkat kontribusi Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Jalan-jalan di pedesaan semakin mulus, gedung sekolah berdiri layak, hingga akses kesehatan yang makin mudah dijangkau warga.
Kepala Badan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Natuna, Suryanto, mengatakan, penerimaan DBH Migas diarahkan untuk memperkuat layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan akses ke kawasan pulau terpencil.
“Dengan alokasi yang tepat, kita bisa mengatasi kelemahan geografis Natuna yang kepulauan, sekaligus mempercepat kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Karena Natuna adalah wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan Laut Natuna dan Zona Ekonomi Eksklusif, alokasi DBH dan pengembangan migas juga memperkuat kehadiran pemerintah daerah dan pusat.
“Itu menjadi modal penting untuk fungsi wilayah terluar, kedaulatan, pertahanan, keamanan, serta peningkatan konektivitas dan fasilitas wilayah batas negara. Dengan demikian, DBH Migas bukan hanya instrumen fiskal, tapi juga perekat integrasi nasional,” ujar Suryanto.
Di balik geliat pembangunan itu, ada kerja panjang dari SKK Migas dan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mengelola sumber daya alam di Laut Natuna. Tak sekadar menambang minyak dan gas, mereka juga menyalurkan “energi sosial” ke permukaan.
Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Perwakilan Sumbagut, Yanin Kholison, menyebutkan bahwa sejumlah lapangan migas di wilayah kerja Natuna berkontribusi nyata terhadap pasokan energi nasional.
“Selain menjaga kestabilan pasokan energi nasional, kegiatan produksi di wilayah ini juga mendorong pertumbuhan investasi dan kegiatan ekonomi di daerah, serta peran penting dalam mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dengan cadangan migas yang sangat besar, kawasan ini menjadi salah satu tumpuan utama dalam penyediaan pasokan energi jangka panjang bagi Indonesia,” terang Yanin, Rabu, 22 Oktober 2025.
Berdasarkan data SKK Migas Sumbagut, Medco E&P Natuna Ltd., pengelola Blok South Natuna Sea Block B, menjadi produsen terbesar dengan target produksi minyak 19.737 barel per hari (BOPD) dan gas 141,38 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2025.
Premier Oil Natuna Sea B.V. (Harbour Energy) di Blok Natuna Sea Block A menargetkan produksi minyak 961 BOPD dan gas 71,99 MMSCFD. Sementara Star Energy (Kakap) Ltd. melalui Blok Kakap mencatat produksi 988 BOPD dan gas 10,53 MMSCFD.
“Secara keseluruhan, produksi migas dari wilayah kerja di Kepulauan Riau, terutama di Laut Natuna, menunjukkan kontribusi stabil terhadap pasokan energi nasional, sekaligus menegaskan posisi Natuna sebagai poros energi strategis di perbatasan utara Indonesia,” tegas Yanin.
Dari angka-angka itu, terlihat bagaimana Laut Natuna bukan sekedar wilayah perbatasan, tapi juga poros energi yang menopang kebutuhan nasional. Di permukaan, pembangunan sosial ekonomi yang mengikutinya menjadi wajah lain dari ketahanan energi, tidak hanya menjaga pasokan, tetapi juga menjaga asa kehidupan.*
*Penulis: ALFIANA




















