UMRAH dan Rumah Rendah Karbon Kolaborasi Kembangkan Ekonomi Biru Pesisir Berkelanjutan 

0
28

Mandalapos.co.id – Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bersama Mitra Rumah Rendah Karbon. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat Kompetitif Nasional. 

Kegiatan ini didanai melalui hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (KEMENDIKTISAINTEK) Tahun Anggaran 2025. 

Kegiatan ini yang melibatkan Dosen dan Mahasiswa UMRAH ini juga melibatkan kelompok nelayan pegiat lingkungan. Melalui kegiatan ini, UMRAH berkomitmen untuk mengembangkan kemandirian ekonomi masyarakat pesisir melalui inovasi produk berbahan baku ramah lingkungan.

Program Pemberdayaan Rumah Rendah Karbon di bawah binaan Carbonethics Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pembangunan masyarakat pesisir berkelanjutan. Melalui serangkaian kegiatan upgrading dan pelatihan terpadu, program ini mengintegrasikan potensi sumber daya alam lokal seperti mangrove, lamun, dan material daur ulang dari sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomi, sekaligus memperkuat kesadaran terhadap pentingnya pelestarian lingkungan pesisir.

Menurut Dhani Akbar, akademisi dan salah satu fasilitator kegiatan, pemberdayaan Rumah Rendah Karbon merupakan contoh konkret sinergi antara pengetahuan ilmiah, inovasi teknologi, dan praktik sosial masyarakat.

“Pemberdayaan ini merupakan wujud nyata kontribusi akademisi dalam memperkuat kapasitas masyarakat pesisir berbasis ekonomi biru. Pendekatan rendah karbon bukan sekadar agenda lingkungan, tetapi strategi pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial,” ujarnya.

Pada sesi pertama pelatihan, Lia Nuraini, Selaku Anggota dan Dosen Program Studi Hukum UMRAH, menitikberatkan pada penguatan kapasitas masyarakat pesisir dalam memahami dan melindungi Hak Kekayaan Intelektual (HKI). 

Peserta diberikan pemahaman mengenai pentingnya paten, merek dagang, dan desain industri sebagai instrumen hukum untuk melindungi inovasi produk lokal berbasis sumber daya alam pesisir. 

Melalui pendampingan praktis, masyarakat didorong untuk mendaftarkan produk unggulan mereka seperti olahan mangrove, sabun alami, atau kerajinan berbahan daur ulang agar memiliki identitas hukum yang sah serta daya saing yang lebih kuat di pasar domestik maupun internasional. 

Pendekatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran baru bahwa kreativitas lokal memiliki nilai ekonomi yang dapat diakui dan dilindungi secara legal.

Selain itu, Ferdi Chahyadi, Anggota dan sekaligus Dosen Tekknik Informatikan menekankan terkait strategi pemasaran digital dan pengelolaan e-commerce terpadu sebagai langkah adaptif menghadapi era transformasi digital. 

Melalui pelatihan ini, masyarakat diperkenalkan pada pemanfaatan berbagai platform daring seperti marketplace nasional, media sosial, dan situs web interaktif untuk memperluas jangkauan pasar dan membangun citra merek produk pesisir yang profesional. 

Pendekatan pemasaran digital ini tidak hanya mempermudah akses konsumen global terhadap produk-produk lokal, tetapi juga memperkuat ekosistem wirausaha pesisir yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis teknologi hijau.

Program pemberdayaan ini juga mengembangkan pendekatan eco-tourism partisipatif, di mana wisatawan mancanegara diajak untuk turut serta dalam kegiatan penanaman dan perawatan mangrove sebagai bagian dari pengalaman wisata edukatif dan konservatif. 

Aktivitas ini tidak hanya memperkuat kesadaran lingkungan di kalangan wisatawan, tetapi juga menciptakan sumber pendapatan alternatif bagi nelayan dan kelompok sadar wisata setempat.

Sebagai bentuk keberlanjutan program, peserta juga mendapatkan pendampingan teknologi pemasaran digital dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Melalui pelatihan tersebut, masyarakat dibimbing untuk mengembangkan strategi branding, e-commerce, dan digital storytelling agar produk lokal dapat menembus pasar nasional dan internasional dengan identitas maritim yang khas.

Dengan sinergi antara akademisis, lembaga lingkungan, dan masyarakat lokal, inisiatif ini diharapkan mampu menjadi laboratorium sosial bagi pengembangan model ekonomi biru berbasis maritim, sekaligus memperkuat posisi Kepulauan Riau sebagai wilayah percontohan bagi pembangunan rendah karbon di kawasan pesisir Indonesia.(Dan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini