Membangun Masa Depan Energi dari Perbatasan Natuna

0
3
Nur Azzahra Santosa (kiri) dan Laelatu Sa’adah (tengah) merupakan alumni PEM Akamigas Cepu yang kini menjadi inspirasi bagi enam pelajar Natuna penerima Beasiswa SKK Migas–KKKS tahun 2025 (kanan). Upaya ini mencerminkan komitmen membangun ketahanan energi melalui penguatan sumber daya manusia di wilayah perbatasan. (Foto: mandalapos.co.id)

Natuna, mandalapos.co.id – “Mama selalu bilang, pendidikan adalah jalan keluar terbaik dari kesulitan. Walaupun hidup kami tidak mudah, Mama tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung saya,” ucap Ratu Nur Azzahra Santosa, penyandang gelar sarjana dari PEM Akamigas Cepu, dalam wawancara usai kelulusannya pada 20 Juli 2025 lalu.

Ratu adalah dara perbatasan dari ujung utara Indonesia. Meski lahir di Yogyakarta, masa kecilnya dihabiskan di Kecamatan Bunguran Barat, Natuna, di antara laut biru dan angin kencang yang kerap membawa kabar dari negeri seberang.

Di sekolah negeri sederhana, SMAN 1 Bunguran Barat, ia belajar tentang mimpi, walau kadang jarak dan keterbatasan fasilitas menjadi tantangan harian.

Empat tahun lalu, Ratu menembus seleksi ketat program beasiswa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menempuh pendidikan di PEM Akamigas Cepu. Ia tak pernah menyangka, langkahnya akan membuka jalan bagi anak-anak Natuna lainnya.

“Kalau ayah masih ada, dia juga akan merasa bangga,” ucapnya lirih, mengingat almarhum ayahnya, Iwan Santosa.

Kini, jejak Ratu diikuti oleh enam pelajar asal Kabupaten Natuna yang dinyatakan lolos seleksi sebagai penerima Beasiswa dari SKK Migas Wilayah Sumbagut dan KKKS tahun 2025. Mereka akan menempuh pendidikan di PEM Akamigas Cepu, tempat lahirnya calon-calon teknokrat energi masa depan Indonesia.

Bagi Natuna, kabar itu lebih dari sekadar daftar nama penerima beasiswa. Ia adalah tanda kecil dari upaya besar menciptakan generasi yang mampu memahami dan mengelola kekayaan alam di tanah kelahirannya sendiri.

Di tengah wacana ketahanan energi nasional, kisah Ratu dan enam penerusnya turut menjadi symbol, bahwa ketahanan energi tidak hanya dibangun di kilang dan rig, tetapi juga di ruang-ruang belajar.

Di balik cita-cita membangun manusia Natuna, tersimpan pula realitas besar bahwa tanah ini berdiri di atas kekayaan energi yang menopang negeri. Sumber daya itu bukan hanya soal angka eksplorasi, melainkan denyut kehidupan yang memengaruhi arah pembangunan.

Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Perwakilan Sumbagut, Yanin Kholison, menyebut bahwa produksi minyak dan gas dari blok-blok aktif di kawasan ini telah lama berkontribusi terhadap pasokan energi nasional.

“Dengan cadangan migas yang sangat besar, kawasan ini menjadi salah satu tumpuan utama dalam penyediaan pasokan energi jangka panjang bagi Indonesia,” ucap Yanin dalam keterangannya, Rabu, 22 Oktober 2025.

Ia menambahkan, SKK Migas bersama KKKS berkomitmen memastikan manfaat industri hulu migas dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat di wilayah perbatasan seperti Natuna dan Anambas.

Melalui program local content dan community development, perusahaan diwajibkan memprioritaskan tenaga kerja, penyedia barang, dan jasa dari wilayah setempat sejauh memenuhi kualifikasi. Selain itu, program pengembangan masyarakat difokuskan pada peningkatan kapasitas ekonomi lokal agar masyarakat mampu mandiri. Pendekatan kolaboratif juga dilakukan bersama pemerintah daerah untuk menyinergikan kegiatan CSR dengan program pembangunan daerah.

Kontribusi industri hulu migas di Natuna tak hanya menjaga pasokan energi nasional, tetapi juga menyalakan energi sosial di tengah masyarakat. Semua itu merupakan bagian dari strategi besar ketahanan energi yang tak hanya berbasis sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusia.*

*Penulis: ALFIANA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini