Natuna, mandalapos.co.id – Adegan singkat di depan Kantor Bupati Natuna pada Selasa (19/8/2025) menyisakan cerita panjang. Saat turun dari tangga menuju mobil dinasnya, Bupati Cen Sui Lan tiba-tiba melontarkan kalimat sinis
“Pak Kadis ada utang iya, ada temuan BPK iya, udah bayar utang.”
Ucapan itu bukan ditujukan ke Kepala Dinas, melainkan ke Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan yang kebetulan sedang berbincang dengan sejumlah wartawan. Alih-alih menjalin kehangatan, Cen justru menjaga jarak terhadap keberadaan jurnalis.
Ketua Persatuan Jurnalis Natuna Roy bahkan menyebut sikap Cen sebagai bentuk “arogan” dan tidak pantas. “Ini bukan sekadar persoalan pribadi, tapi menyangkut martabat pers sebagai pilar demokrasi,” ujarnya.
Pertanyaan publik kini mengemuka mengapa Bupati Cen begitu defensif? Spekulasi berkembang bahwa sikap dingin itu terkait pemberitaan soal proyek pembangunan yang disebut-sebut sudah berjalan sebelum proses lelang diumumkan. Jika benar, maka ini bukan sekadar “alergi wartawan”, melainkan strategi bertahan dari isu bisa merusak reputasi politiknya.
Tak bisa dipungkiri, Cen adalah “pendatang baru” di panggung Natuna. Ia butuh legitimasi dan simpati publik untuk mengamankan posisi. Namun, bukannya merangkul, ia justru memukul gong perang dengan pers. Ini bisa menjadi blunder politik.
Dalam konteks demokrasi daerah, pers kerap menjadi king maker. Media dapat membangun citra positif pemimpin, tapi juga bisa meruntuhkannya melalui fakta, data, dan opini. Bila hubungan ini berubah menjadi permusuhan terbuka, maka efek domino terhadap citra kepemimpinan Bupati Cen tidak bisa dihindari. Publik bisa saja mulai melihatnya sebagai pemimpin yang anti-kritik, alergi transparansi, bahkan cenderung otoriter. *
*ALFIAN